Situasi hari ini terbangun dalam keadaan hangat dan sedikit berbahagia, sedikit termenung mengingat sekilas kisah cerita mengenai adanya pengalihan aliran bengawan solo yang terkesan tidak biasa.
Konon
aliran tersebut sengaja dibuat oleh Belanda jaman itu agar menjadi sarana
transportasi dan sumber penghidupan masyarakat lebih luas lagi.
Aliran
tersebut berada di sisi paling timur pulau jawa tepatnya di wilayah Kabupaten
Gresik yang mana kemanfaatannya kini begitu terasa.
Wilayah
sekitaran Bengawan solo kini menjadi salah satu wilayah penghasil ikan tambak
terbesar di Indonesia.
Dengan
segala dinamikanya kini kami para generasi baru dihantam dengan realita
pembaruan. Maraknya pandangan sebagai petani yang lusuh vs pegawai kantoran
dengan persona intelektual dan sebagainya.
PARA GENERASI TUA
Para
orang tua berlomba untuk menyekolahkan anaknya setinggi mungkin untuk
menghindari profesi petani, gayung bersambut sang anak menerimanya karena konsumsi informasi mengenai
susahnya menjadi petani tambak sering diterimanya.
Tak
hanya itu banyak dari mereka pemilik lahan tambak rela mendapatkan uang lebih
sedikit daripada menjalankan tambak yang akan mendapatkan uang lebih banyak
berkali lipat, melalui sistem sewa
mereka.
Mereka
memiliki alasan beragam dalam memutuskan menyewakan lahannya. Di jaman industrialisasi dan
pertanian yang kita jalankan sekarang cenderung lebih banyak yang mengarah ke
industrialisasi, meskipun basic needs manusia sendiri adalah sumber pangan.
Setali tiga uang dengan hal itu banyak juga
lahan-lahan produktif petani berubah menjadi lahan industri yang pastinya
berlimbah, mengurangi pohon dan dampak lainnya.
SANG GENERASI 3
Saya melakukan percakapan dengan salah satu generasi ketiga
pemilik lahan tambak yang ada di sekitaran rumah. Ia menyatakan bahwa untuk
menggarap 1 lahan tambak dengan ukuran 2-5 hektar membutuhkan sekitar 3 orang
setiap harinya untuk mengerjakan, belum lagi ada biaya peralatan yang musti
dibayarkan.
Selain pertimbangan kerugian mereka perlu menerapkan
strategi management yang baik pula. Jangan sampai mengalami over di banyak
sektor pengembangan tambak.
Pengetahuan mengenai pemilihan waktu yang tepat untuk
memulai menebar benih juga merupakan hal yang tidak mudah.
Sementara jika kita melihat kompetensi yang ada di
perusahaan merupakan hal praktis yang sangat memungkinkan dipelajari.
Tanpa harus melibatkan kepercayaan, upacara tertentu
atau melibatkan perasaan yang mendalam mengenai suatu proses pekerjaan.
Sekelumit keribetan ini lah yang mana sebagian besar
pemuda enggan mengambil jalan sebagai petani.
Namun lebih daripada itu, trend terkini adalah para
generasi muda-lah yang mengelola distribusi hasil panen kepada customer.
Sehingga keberlanjutan masih ada namun pada sektor
yang lebih modern, alur pemesanan, memasarkan dengan digital atau mengurus
rantai pasok ikan.
BAGAIMANA NASIB INDUSTRI PERTANIAN DIMASA DEPAN.
Dengan melihat trend akhir-akhir ini dikalangan para
pemuda yang masih memiliki aset tambak. Mereka cenderung masih mengandalkan
bidang ini untuk memenuhi kebutuhannya.
Terbukti dengan tingginya kemauan untuk mempelajari
seluk beluk pertambakan, baik yang sifatnya adalah management atau teknis di
lapangan.
Sebagai media creative posisi kita adalah selalu
berpegang teguh pada profesi yang dipercaya bisa membawa kemanfaatan dan
memenuhi kebutuhan dalam hidup seseorang, sehingga besar harapan kami untuk
para generasi muda melanjutkan bisnis ini.
Tak harus menjadi seorang yang rapi dengan pekerjaan
kerah biru atau putih, namun dengan menjadi petani tambak pemuda patut bangga dengan apa
yang mereka lakukan.
Bagi kita para penikmat ikan hasil tambak juga
harusnya menghargai dan tidak mendiskreditkan para petani ini, mendukung mereka
dengan cara apapun agar bisa tetap bertahan di tengah gempuran perkembangan
teknologi dan informasi.
0 Comments