Pandemi datang begitu cepat terjadi, hingga artikel ini ditulis belum ada tanda-tanda bahwa aktivitas membosankan ini akan berhenti, hal tersebut juga menghambat kegiatan inovasi karyawan perusahaan atau instansi-instansi yang tengah survive melawan era disrupsi yang begitu kencang terasa, mereka kini melawan dua arus yang harus diseimbangkan antara bertahan ditengah pandemi dan mengembangkan pemikiran untuk mengikuti percepatan era.
Kita bisa
merasakan bahwa tiap tahun akan selalu ada gadget baru dengan teknologi yang
canggih hadir membantu peradaban untuk melakukan tugas kehidupannya. Apple.inc
mengeluarkan produk ponselnya 2007 lalu, dimana waktu itu teknologi jaringan
masih berlabel “2G” dan hanya dijual di USA. 14 tahun berlalu kini mereka telah
membuat perangkat berteknologi tinggi dengan label iphone 12 dengan teknologi
jaringan “5G”, jika kita membahas perkembangan kemampuannya tidak akan ada
habisnya dan selalu bergulir. Itu hanya contoh kecil perangkat disatu saja
bagian dalam kehidupan manusia yaitu kebutuhan komunikasi, bayangkan berapa
teknologi yang kita temui dalam sehari saja? Saya rasa hal itu tidak perlu
dibuktikan dengan menghitung satu-satu karena hal itu buang-buang waktu, sama
halnya dengan melakukan hal yang jelas tidak berguna.
Manusia purba
butuh ratusan tahun untuk mengenal huruf yang baku, manusia purba membutuhkan
puluhan tahun untuk mengubah sistem barter menjadi alat tukar, namun kini
semuanya hanya perlu hitungan kurang dari 5 tahun untuk mengembangkan teknologi
secanggih mobil tesla. Elon musk pernah mengatakan bahwa :
"That will
basically be on-par or slightly better than a comparable gasoline car,adding
that Tesla's time frame for producing the cheaper model will be roughly three
years"
Cukup
jelas tidak perlu waktu yang lama untuk mengembangkan produk andalan perusahaan
tesla.
Ada
yang ingin maju namun terbentur fasilitas atau distraktor untuk menggapainya,
disini penulis menyoroti bahwa usaha-usaha yang dilakukan seseorang untuk mencapai tujuannya harus didukung dalam bentuk apapun, kita
harus menghargai manusia itu secara penuh dan sebisa mungkin menghindarkan
penilaian sepotong untuk diterapkan di hal-hal lain (generalisir). Menghargai sesederhana
dengan memberikan feedback dengan jujur dan rasional tanpa mempertimbangkan "sungkan". Saya rasa akan
sangat beruntung jika pembaca menemukan orang yang tepat untuk berbagi, pertahankanlah dia untuk mengembangkan ide atau sekedar bertukar cerita soal dinamika sosial manusia.
Prestasi yang paling mudah dilakukan adalah menghargai sesama
0 Comments