Pandemi yang dulu menjadi sebuah situasi yang dibenci kini berubah menjadi dicintai, entah ini sebuah hal baik ayau buruk namun kita perlu ulas lebih dalam.
Sebelumnya kami turut berduka kepada korban
pandemi yang begitu masif akibat virus.
AWAL PANDEMI
Di awal pandemi kita sempat terkejut dengan
perubahan serba online, banyak pembatasan dimana mana sehingga kita dipaksa
untuk memulai kebiasaan baru.
Bagi para mahasiswa mulai menggunakan metode
belajar dari rumah mereka menikmati pembelajaran, tanpa harus menerabas
panasnya matahari atau dinginnya hujan mereka bisa belajar.
Mereka juga menikmati dengan pelonggaran lain
berupa ujian yang dipermudah, proses skripsi dipermudah hingga absensi yang
mengalami banyak pelonggaran.
Pada saat itu juga peradaban dipaksa untuk
belajar teknologi, yang dulu zoom adalah aplikasi pelengkap, namun saat itu
diperlukan hingga menjadi aplikasi yang paling dicari.
Pandemi juga sempat memberikan efek kejut pada
sebagian orang yang memiliki kesadaran rendah dalam memproses teknologi.
Terkhusus bagi mereka yang hanya menggunakan gawai sebagai alat senang-senang,
sekarang kan jadi sadar ya bahwa disitu juga bisa menghasilkan uang gitu.
Sosial media berganti sebagai marketplace
gratisan saat itu, semua perusahaan, umkm, tetangga, hingga para korban phk
perusahaan beramai menjajahkan produknya di sosial media. Termasuk saya hehe.
PERTENGAHAN PANDEMI
Tak sedikit kok orang yang merindukan 2019,
terdapat beragam konser dan beragam acara lainnya, sebagian besar sih mengenai
happy happy nya.
Tanpa disadari banyak kejadian waktu itu yang memaksa
kita bernostalgia, membongkar kembali segala kenangan pribadi, baik yang
terdekat hingga kenangan masa kecil.
Entah kenapa optimisme kembalinya masa jaya
peradaban seakan begitu suram, ditambah maraknya berita soal konspirasi covid
menambah pesimisme masyarakat akan kembalinya kehidupan normal sebelum pandemi.
Negara lain yang dikabarkan begitu ampuh dalam
menghempaskan covid di negaranya membuat banyak orang mendadak guru, alias
banyak yang sok tau hingga presidenpun dihina-hina.
Serunya di masa ini ketika banyak konten video
maupun sosial media yang kreatifitasnya ok banget, standup comedy online,
webinar, konten ngobrol, strategi marketing, dan lain sebagainya. Kreatifitas
begitu meningkat ya sampai-sampai kita harus selalu update agar relevant dengan
keadaan hari itu.
Ya mungkin kita kalau tidak kreatif ga hidup,
mengingat beragam efek pandemi menyerang perekonomian pemuda. Beruntung bagi
yang uangnya banyak atau usahanya stabil, kalau sebaliknya ya musti putar otak
untuk membuat uang mengalir ke kantong kita.
Saya dan teman-teman sempat membuka usaha
tergimmick dengan berjualan ayam geprek. Saya malas menulisnya karena ini usaha
full gimmick.
AKHIR PANDEMI
Akhir pandemi ini ditandai dengan mulai masivnya
penggunaan vaksin oleh sebagian besar masyarakat.
Yang mana sebagian kecilnya menolak karena ada
chipnya, bayangkan saja di dalam tubuhmu ada chip. Dono kasino indro :D.
Sebuah paradigma yang kadang ada benarnya,
bukan chip yang ditanam dalam tubuh tapi melalui aplikasi pelacak kehidupan.
Agak menyebalkan jika kita harus meluangkan
sedikit waktu untuk login di ruang keramaian, namun hal itu wajar mengingat
begitu mengerikan efek pandemi ini.
Kini aplikasnya hanya menjadi pajangan di
gadget, bagi hp yang memiliki prinsip minimalis pada memorinya ya dengan sabar
melihat notifikasi memori penuh.
Di akhir pandemi ini mulai banyak konser
bertebaran, nafsu besar manusia untuk mendapat hiburan begitu tinggi sehingga
menjadi peluang para pelaku industri mengakomodasi keinginan tersebut.
Hal itu menjadi problem ketika kurangnya
persiapan dan kematangan dalam perencanaan mengakibatkan konser seadanya,
sistem tiketing yang buruk hingga pelaksanaan yang gagal.
Beragam alasan dibalik gagalnya konser,
sebagian besar karena ijin, sebagian yang lain karena buruknya sistem internal
pelaksana.
PASCA PANDEMI
Bisa dikatakan hura-hura itu terjadi tidak
lama, ada orang yang terbiasa dengan suasana ketenangan merasa ada efek khusus
ketika ditengah keramaian manusia.
Pusing, mual, merasa terancam dan bahkan sesak
napas ketika berada di tengah keramaian atau sekadar menjumpai kerumunan saat
berjalan, hal itu banyak dijumpai kepada sebagian pemuda.
Belum lagi sebagian banyak para pencari kerja berlomba
mencari kerja yang berformat WFH.
Ya memang enak sih bisa bangun tidor langsung
kerja, tanpa melewati kemacetan jalanan, dan bisa juga menghemat pengeluaran
pastinya (baju make up dll).
Segala kemudahan bisa dilakukan jika kerja dari
rumah, anti julid juga perlu diperhitungkan sebagai benefit yang positif.
Semakin sedikit julid maka semakin sedikit unkohesifitas
kelompok.
Semoga saja kedepan dunia lebih baik ya :)
0 Comments